Jumat, 31 Juli 2009

Maharani Gayatri Devi Mengantar Sang Maharani Terakhir


Jumat, 31 Juli 2009 | 03:29 WIB

Maharani Gayatri Devi (90) telah menutup perjalanan hidupnya sebagai ratu yang glamor dan penuh warna. Kepergiannya menjadi akhir dari era aristokrat India.

Dalam sebuah penghormatan kematiannya, Amit Roy, seorang komentator veteran, mengatakan, ”Wafatnya Maharani Gayatri Devi meniadakan ratu sejati terakhir India.”

Terlahir dari keluarga bangsawan, Devi tumbuh di istana di Jaipur dengan 500 pelayan. Dalam otobiografinya yang populer, A Princess Remembers, Devi menuturkan masa kecil yang dikelilingi 100 mahout (pawang gajah), 20 tukang kebun, 20 tukang kuda, seorang pelatih tenis, serta pelayan dan juru masak yang banyak jumlahnya.

Devi sangat dekat dengan keluarga kerajaan Inggris. Oleh kalangan internasional, dia dikenal sebagai ratu jet set yang mengobrol dengan Ratu Elizabeth dari Inggris pada permainan polo, berdansa di kelab malam, dan mengatur kehidupan di Istana Jaipur.

Setelah India merdeka dari Inggris tahun 1947, Devi meniti karier sebagai politisi yang sukses. Dia tiga kali terpilih sebagai anggota parlemen. Dia juga pernah dipenjara selama lima bulan tahun 1975 atas tuduhan penggelapan pajak yang tidak terbukti menyusul perseteruan dengan perdana menteri waktu itu, Indira Gandhi.

The Times of India menggambarkan Devi sebagai ”bocah berusia empat tahun yang tinggal di London dan sering berbelanja sendiri di Harrods”. Pada usia 21 tahun, dia telah punya pesawat jet pribadi.

Mail Today mengenang Devi yang makan kaviar saat di penjara dan mengendarai Jaguar putih. Perkawinannya dengan Maharaja Jaipur tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai yang paling mahal sepanjang masa.

Devi mewakili sejumlah tradisi kebangsawanan, yaitu maharani cantik yang berkuasa, kaum jet set dunia, teman dekat keluarga Kerajaan Inggris, dan politisi kuat. Demikian digambarkan Hindustan Times.

Pada usia 14 tahun, Devi jatuh cinta kepada Maharaja Jaipur dan menikah sebagai istri ketiga. Kehidupannya menjadi lebih mewah kendati harus memenuhi sejumlah larangan bagi kaum perempuan bangsawan India, termasuk periode purdah atau dipingit.

Dari situ, dia berjuang agar perempuan diberi lebih banyak kebebasan. Tahun 1943, Devi membuka Sekolah Perempuan Gayatri Devi, yang hingga kini masih menjadi salah satu sekolah terbaik di India.

Setelah wafatnya sang suami tahun 1970, Devi kian aktif dalam kehidupan sosial. Waktunya terbagi antara musim panas di London dan musim dingin di India hingga jatuh sakit beberapa pekan lalu.

Jenazah Devi disemayamkan di City Palace di Jaipur, Kamis (30/7), dan akan dikremasi. (afp/fro)

Tidak ada komentar: