Minggu, 21 Juni 2009

Meretas Batas (Anis Baswedan)

Toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman merupakan pengalaman sepanjang hidup Anies Baswedan. Pengalaman masa kecil telah melepaskan dia dari kotak-kotak yang diciptakan untuk menekankan perbedaan yang satu dari yang lain.

Anies tak hanya dilahirkan dari kalangan terpelajar, tetapi juga menemukan keteduhan dan ”lahan subur” untuk menyemai bibit toleransi dan keberagaman melalui berbagai kegiatan orangtua dan kakeknya. Itulah yang kemudian mengendap di ruang batinnya dan menyatu sebagai prinsip dan sikap hidup.

”Saya merasa sangat dirahmati oleh suasana di mana saya tumbuh dan berkembang,” ujar anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs Rasyid Baswedan dan Prof Dr Aliyah Rasyid MPd yang dibesarkan di Kota Yogyakarta itu.

Anies kecil sangat dekat dengan kakeknya, Abdurrahman Baswedan, lebih dikenal sebagai AR Baswedan, pendiri Partai Arab Indonesia pada tahun 1930-an, dan menteri penerangan pada zaman revolusi.

”Almarhum kakek saya sangat dekat dengan Ahmad Wahib almarhum,” ungkap Anies mengenai Wahib, aktivis dan pemikir Islam pada akhir tahun 1960-an.

Dalam pengantarnya pada buku Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan Harian Ahmad Wahib (1981), intelektual Muslim, Djohan Effendi, menulis, AR Baswedan adalah satu dari dua orang yang disebut sering dikunjungi Wahib. Bahkan, Wahib boleh dibilang anak muda kesayangannya.

Salah satu sahabat dekat kakeknya adalah biarawan dan budayawan Katolik (alm) Romo Mangunwijaya. ”Teman diskusinya sehari-hari adalah (alm) Romo Dick Hartoko,” kenang Anies.

Ketika kakeknya meninggal di Jakarta, menurut Anies, pada pengajian hari ketiga, Romo Mangun khusus datang dari Yogya untuk hadir di acara pengajian dan berbicara di situ. ”Orang yang datang waktu itu bertanya-tanya, tetapi kami malah heran kenapa dipertanyakan,” Anies melanjutkan.

Menemui harapan

Begitulah kakek dan orangtuanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan yang kuat, yang dalam keseharian mewujud sebagai persahabatan, penghargaan pada perbedaan, toleransi kejujuran, dan ketulusan. Menjumpai Anies sekarang terasa seperti menjumpai harapan akan masa depan Indonesia.

Masa kecilnya terkesan menyenangkan. Ayah-ibunya adalah ”arsitek” yang membentuk Anies menjadi pembaca buku. Sejak kecil ia sudah menjadi anggota perpustakaan Kedaulatan Rakyat, koran tertua di kota gudeg itu. ”Seminggu sekali naik sepeda ke kantor KR, diantar ayah dan ibu, pinjam buku,” ia mengenang.

Biografi menjadi buku favoritnya. ”Karena bercerita tentang kehidupan seorang tokoh sejak kecil. Jadinya nyambung dengan saya yang masih kecil. Cita-cita saya juga berubah-ubah, sesuai buku yang sedang dibaca. Misalnya, saya ingin jadi insinyur setelah baca biografinya Thomas Alva Edison.”

Pengalaman menetap setahun di Milwaukee, Wisconsin, AS, dalam Program Pertukaran Pelajar AFS saat duduk di bangku SMA membukakan perspektif yang lebih luas. Di situ ia tinggal dengan keluarga Katolik Jerman yang taat.

”Ketika kita hidup berdampingan, sebenarnya kita memiliki perasaan damai yang lebih. Suasana yang terbangun adalah kesalingpengertian yang dalam.” (MH)

Anies Rasyid Baswedan PhD

• Tempat/Tanggal Lahir: Cirebon, 7 Mei 1969

• Status: Menikah dengan Fery Farhati, SPsi, MSc, dengan empat anak, Mutiara Annisa (12), Mikail Azizi (9), Kaisar Hakam (4), dan Ismail Hakim (2 bulan).

• Pendidikan:PhD, Departemen Ilmu Politik Northern Illinois University, AS (2005), Master of Public Management, International Security and Economic Policy University of Maryland School of Public Policy, College Park, AS (lulus tahun 1998), Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (lulus tahun 1995), Kajian Asia, Sophia University, Tokyo, Jepang (non-degree, 1993).

• Beasiswa dan penghargaan:Gerald Maryanov Fellow, Northern Illinois University (2004-2005), Indonesian Cultural Foundation Scholarship (1999-2003), William P Cole III Fellowship, Universitas Maryland (1998), Fulbright Scholarship (1997-1998), ASEAN Students Assistance Awards Program (1998), JAL Scholarship (1993), AFS Intercultural Program, SMA di Milwaukee, Wisconsin, AS (1987).

• Pengalaman kerja, antara lain:Rektor Universitas Paramadina, Jakarta (sejak Mei 2007), Direktur Riset The Indonesian Institute Center for Public Policy and Analysis, Jakarta (sejak November 2005), Kemitraan untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan (Januari 2006-Mei 2007), peneliti pada Pusat Penelitian, Evaluasi, dan Kajian Kebijakan, Northern Illinois University (tahun 2000), Pusat Antar Universitas, UGM (1994-1996).

Tidak ada komentar: