Kamis, 19 Maret 2009

Markopolos, Pembongkar Skandal Madoff


Markopolos
Rabu, 18 Maret 2009 | 03:54 WIB

”Saya menyurati Madoff agar saya diperbolehkan menanamkan dana di perusahaannya. Namun, dia menolak dengan alasan tidak lagi menerima uang dari pelanggan baru,” demikian kesaksian Larry Leif di situs majalah Time, 5 Januari 2009. Leif adalah pebisnis AS dan juga sahabat Bernard Madoff. Simon Saragih

Penolakan Madoff, pria Yahudi kelahiran Queens, New York City, 29 April 1938, membuat banyak warga kaya berlomba menjadi pelanggan Bernard Investment Securities LLC. Tak sedikit yang berlomba menjadi teman sepermainan golf dengan Madoff.

”Jika Anda kesulitan menempatkan dana, pilih saja Madoff,” demikian komentar soal kehebatan Madoff. Dalam 20 tahun terakhir, dia memberi keuntungan 12 persen per tahun setelah dipotong komisi 4 persen.

Adalah Frank Avellino, mantan karyawan Madoff, pada akhir 2008, yang turut memicu kebohongan besar Madoff, awal dari kisah lenyapnya lebih dari 160 miliar dollar AS dana investasi.

Avellino menyatakan telah digugat pembantu di rumahnya karena uang tabungan senilai 120.000 dollar AS lebih lenyap di perusahaan Madoff. Kemudian kepada putranya, Madoff yang beristrikan Ruth Alpern mengakui telah melakukan kesalahan.

Informasi ini

menjadi sumber keberanian Badan Pengawas Pasar Modal AS (US Securities and Exchange Comission/SEC) mengusut penipuan yang melenyapkan dana perorangan, lembaga, badan sosial, termasuk yayasan milik komunitas Yahudi.

Membuat ramai dan hebohnya kasus ini adalah tampilnya Harry Markopolos di Komisi Keuangan DPR AS, 4 Februari 2009 di Capitoll Hill, Washington. Di hadapan para anggota komisi, Markopolos yang ahli investasi itu mengatakan sudah tahu kebohongan Madoff di balik pengelolaan dana-dana investasi milik 13.500 nasabah, di antaranya bank-bank kaliber dunia seperti UBS (Swiss), Great Eastern (asuransi Singapura), aktor/aktris Hollywood, sutradara peraih hadiah Oscar, Steven Spielberg, hingga Larry King dari CNN.

Mengapa dan bagaimana lenyap? Ini masih misterius.

Pada 1999, ketika Arthur Levitt, Yahudi asal Brooklyn, New York, memimpin SEC 2001- 2003, Markopolos sudah memberi SEC informasi soal penipuan Madoff. Markopolos oleh anggota Kongres AS dijuluki sebagai pahlawan Yunani pada era modern.

Kisahnya, periode 1991-2004, Markopolos bekerja di Rampart Investment Management Co. Sejak berdiri pada awal dekade 1990-an, berita keuntungan perusahaan Madoff menyebar. Sang bos meminta Markopolos mempelajari cara Madoff meraih untung tinggi. Siapa tahu bisa ditiru.

Dibantu ahli matematika bernama Dan diBartolomeo, Markopolos melakukan simulasi. ”Tidak semua paham produk derivatif jika tak paham matematika,” kata Markopolos yang lahir 22 Oktober 1956 di Erie, Pennsylvania, AS. Simulasi melahirkan 25 model bernama Red Flags.

Dia juga bicara dengan berbagai pakar investasi, bankir, dan berkunjung ke Swiss. Kesimpulannya, tidak ada satu pun broker investasi mampu meraih rata-rata keuntungan 0,40 persen di atas London Interbank Offered Rate (LIBOR). Ini merujuk pada suku bunga pinjaman antarbank di pasar uang London yang secara empiris selalu di bawah 10 persen per tahun.

Ditabung di bank

Pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia 20 tahun terakhir terjadi di China. Keuntungan investasi jauh di atas angka pertumbuhan dan berlangsung bertahun-tahun sungguh luar biasa.

Madoff, ayah dari Mark (lahir 1964 dan Andrew lahir 1966), pada Desember 2008 mengaku tak pernah menempatkan dana di bursa, tetapi ditabung di Chase Manhattan Bank atas namanya.

”Bisnis Madoff tidak lain adalah skema Ponzi,” kata Markopolos merujuk pada arisan berantai. Investor pertama dijanjikan dan diberi keuntungan tinggi dengan memakan uang masuk dari pelanggan baru.

Skema Ponzi mengambil nama Charles Ponzi, imigran Italia di Boston, yang melakukan hal serupa pada periode 1919-1921. Cikal bakal skema Ponzi adalah ulah serupa oleh pengusaha New York tahun 1899, William Miller.

”Pada tahun 2005, 2007, hingga 2008 saya sudah melapor ke SEC, termasuk informasi pembagian bonus Merrill Lynch. SEC tak peduli,” kata Markopolos yang pernah menjadi anggota pasukan khusus militer AS.

Georgia Markopolos, ibunya, menyebut putra sulungnya dari tiga bersaudara itu tidak bisa menerima penipuan dengan alasan moral. Sejak kecil, kata Georgia, Markopolos bukan tipe yang mudah menyerah walau menghadapi tantangan berat.

Setelah keluar dari militer, Markopolos terus mendalami investasi, bisnis, keuangan, dan lalu mendapatkan profesi sebagai analis, serta penyelidik keuangan bersertifikat. Dia juga gencar melakukan penyelidikan atas pengelolaan keuangan negara secara independen.

Di sela kesibukannya, dalam 10 tahun terakhir dia tak lelah melaporkan penipuan Madoff ke SEC saat dipimpin Harvey Pitt, keturunan Yahudi, periode 2001-2003. Aduan tidak didengar, tidak pula oleh Bill Donaldson (Ketua SEC, 2003- 2005), tidak juga oleh Christopher Cox.

Era kepemimpinan Presiden Barack Obama, yang menjanjikan pemberangusan kerakusan Wall Street, dan SEC di bawah Mary Schapiro, memberi angin segar kepada si ”peniup peluit”, termasuk Markopolos.

Terancam bahaya

Di dalam laporannya berjudul The World’s Largest Hedge Fund is a Fraud tahun 2005, Markopolos mengatakan, Madoff dan istrinya, adiknya Peter Madoff, adalah keluarga kuat terkait politik di AS. Di hadapan Komisi DPR AS Markopolos menyatakan, dia dan keluarganya merasa khawatir akan sebuah bahaya.

Madoff adalah mantan pejabat keuangan World Jewish Congress dan donatur rutin Partai Demokrat. Dia malang melintang di lingkungan keuangan New York dan pernah mengetuai Bursa Saham Nasdaq, tempat perusahaan-perusahaan berbasis teknologi mendaftarkan saham untuk dijual ke publik.

Ketika James Segel, orang suruhan Barney Frank, Ketua Komisi Keuangan DPR AS, membujuknya memberi kesaksian, Markopolos meminta identitas Segel. ”Anda harus yakin bicara dengan siapa,” katanya.

Justin Fox, kolumnis Time, menuliskan, ketika Markopolos mengadu ke SEC, jawaban yang didapat adalah, ”Harry diminta menjadi peneliti resmi dan terdaftar.”

”Buset!” kata Fox.

Fox menambahkan, Madoff memperlakukan pegawai SEC seperti anak buah. Ini memungkinkan Madoff memalsukan laporan keuangan Bernard Investment Securities LLC, yang terdaftar di SEC. Pada tahun 2007, Madoff mengatakan, ”Saya dekat dengan regulator. Keponakan saya menikahi seorang regulator.” Adiknya, Peter, juga merupakan orang yang disegani di bisnis keuangan di New York.

Atas keberaniannya, situs Boston.com menyebut Markopolos sebagai pahlawan. Boston Security Analyst Societty, 11 Februari, menganugerahi Markopolos medali perak atas keberaniannya.

SEC dan jaksa penuntut di New York lalu menjatuhkan dakwaan kepada Madoff dengan kesalahan.

Kini Markopolos menjadi bintang. Warga AS berterima kasih kepadanya. Media terus memburunya untuk wawancara.

Selasa, 03 Maret 2009

Sjahrir dan Sosialisme Indonesia

Oleh IVAN A HADAR

Tanggal 5 Maret 2009 genap 100 tahun Sutan Sjahrir. ”Bung Kecil”, begitu Sjahrir dijuluki, tercatat sebagai tokoh sentral perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya bidang politik dan diplomasi.

Dikenal cerdas, Sjahrir saat berusia 19 tahun mengambil bagian dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Pada usia 36 tahun Sjahrir terpilih sebagai Perdana Menteri I RI.

Piawai di meja perundingan, Sjahrir mendirikan Partai Rakyat Sosialis, lalu berganti nama menjadi Partai Sosialis Indonesia (PSI). Dalam Pemilu 1955, PSI gagal meraup suara yang signifikan. Lima tahun kemudian PSI dibubarkan Presiden Soekarno.

Pada tahun 1963, Sutan Sjahrir resmi ditetapkan sebagai tahanan politik hingga meninggal di Swiss dalam masa pengobatan. Pembubaran PSI dan Masyumi menandai berlakunya masa otoritarian. Hingga akhir rezim Orde Baru, wacana terkait dengan ideologi bangsa yang termanifestasi dalam tatanan ekonomi politik, sistem budaya, dan nilai-nilai idealnya praktis terhenti.

Sosialisme Indonesia

Dalam membicarakan tatanan sosial politik yang ideal, sering hadir kerinduan untuk menemukan jalan tengah antara kapitalisme dan sosialisme. Sjahrir adalah salah satu perintis pencarian jalan itu, yang tertuang dalam konsep Sosialisme Indonesia. Pertanyaannya, mungkinkah ada ”jalan tengah versi Indonesia”? Mungkinkah menyatukan dua isme yang ibarat minyak dan air?

Pertanyaan lebih konkret ialah, perlukah Sosialisme Indonesia? Perlu. Alasannya, agar sisi positif sosialisme sebagai perangkat analisis sosial yang tajam dalam menggambarkan tatanan berkeadilan bisa digabungkan dengan tatanan politis demokratis yang menjadi persyaratan berfungsinya sebuah ekonomi pasar dalam konteks Indonesia.

Di negara-negara kapitalis modern yang maju berlaku demokrasi politik. Namun, tidak demikian halnya dengan demokrasi ekonomi. Pencapaian demokrasi politik secara historis amat penting, tetapi itu kurang lengkap. Ia sekadar demokrasi perwakilan yang pasif, di mana sebagian besar rakyat memilih orang lain untuk bertindak bagi mereka. Juga kekuatan ekonomi tetap terkonsentrasi dan demokrasi ekonomi masih menanti masa depan yang lebih baik.

Sementara itu, eksperimen sosialisme (tepatnya komunisme) Blok Timur telah gagal. Tidak adanya demokrasi politik mengakibatkan krisis politik berujung pada tumbangnya Uni Soviet dan Blok Timur. Tak adanya demokrasi politik ekonomi di negara- negara komunis saat itu, dikemas dalam konteks full employment yang dipaksakan dan perencanaan sentralistis, mengakibatkan stagnasi dan inefisiensi ekonomi dan lemahnya disiplin kerja.

Ketidakpuasan atas dua isme itu memicu pencarian alternatif. Secara teoretis, memunculkan berbagai aliran sosialisme. Sosialisme-demokratis adalah salah satu bentuk sosialisme yang menemukan lahan berkembang di beberapa negara industri maju, seperti Jerman dan Swedia. Selain itu, kita pernah mendengar berbagai genre sosialisme, seperti sosialisme-non-marxis, sosialisme-science-movement, dan sosialisme-utopis.

Sosialisme Sjahrir

Dalam catatan sejarah Indonesia, ada empat partai politik yang pernah menyandang nama ”sosialis” sebagai nama dan ideologi resmi partai, yaitu Partai Sosialis yang diketuai Amir Sjarifuddin, Partai Rakyat Sosialis (Paras) yang didirikan dan diketuai Sutan Sjahrir. Lalu, ada Partai Sosialis yang merupakan fusi dari kedua partai itu. Partai inilah yang sejak November 1945 menguasai kabinet RI hingga pertengahan 1947, saat terjadi keretakan antara kelompok Sjahrir dan Amir Sjarifuddin. Sjahrir lalu membentuk partai baru, Partai Sosialis Indonesia (PSI), pada awal 1948, bertahan hingga 1960, saat dibubarkan Soekarno.

Dalam sejarah pergerakan kemerdekaan, kita mengenal para tokoh, termasuk Soekarno dan Hatta, yang berkeyakinan membangun masyarakat dan negeri ini atas prinsip sosialis. Namun, di antara tokoh-tokoh itu, mungkin hanya Sjahrir yang paling tegas dan nyata dalam keyakinan dan perjuangan. Ia bukan saja mendirikan partai politik (PSI) untuk mewujudkan keyakinannya, tetapi sebelumnya juga telah memikirkan secara mendalam paham sosialisme apa yang paling cocok untuk Indonesia.

Sjahrir tegas membedakan paham sosialisme yang hendak diperjuangkannya di Indonesia dengan sosialisme yang ada di Eropa Barat maupun sosialisme yang ditawarkan komunis. Pergumulannya atas paham-paham sosialisme di Eropa Barat dan kekhawatirannya akan komunisme totaliter membawanya pada pemikirannya tentang sosialisme yang sesuai bagi Indonesia, yaitu sosialisme-kerakyatan.

Bagi Sjahrir, perkataan kerakyatan adalah suatu penghayatan dan penegasan bahwa sosialisme seperti yang dipahaminya selamanya menjunjung tinggi dasar persamaan derajat manusia.

Dalam catatan sejarah diketahui, cita-cita sosialisme-kerakyatan Sjahrir tidak berhasil diwujudkan. Namun, ketidakberhasilan ini mungkin bukan semata- mata karena Sjahrir tergeser dari panggung politik atau karena PSI dibubarkan. Sosialisme, apa pun namanya, hanya paham, suatu cita-cita yang masih di tingkat konsepsi. Untuk mewujudkan cita-cita itu, ia harus dibuat operasional dan harus didukung seperangkat institusi dan mekanisme-mekanisme tertentu. Ini bukan hal mudah. Tanpa itu, ia akan berhenti pada imbauan moral atau etis, tetapi tidak membawa perubahan apa-apa.

IVAN A HADAR Wakil Pemimpin Redaksi Jurnal SosDem

Minggu, 01 Maret 2009

Zuckerberg, Si Pembuat Facebook

Joice Tauris Santi dan Simon Saragih

Lebih dari seratus juta warga dunia kini keranjingan dengan jaringan sosial di dunia maya, Facebook.com. Lewat situs ini pengguna dapat memperluas pertemanan lintas benua, bahkan kembali ”bertemu” dengan kawan-kawan atau pacar lama yang tidak terlihat lagi seusai perpisahan sekolah.

Presiden AS Barack Hussein Obama bahkan memanfaatkan situs ini sebagai salah satu cara untuk meraih dukungan dalam Pemilihan Presiden AS, tahun lalu. Inilah buah karya Mark Elliot Zuckerberg, seorang keturunan Yahudi AS, salah satu dari tiga pendiri Facebook.

Mengapa Facebook melejit? Pakar teknologi informasi, Dr Linda M Gallant, Asisten Profesor dari Emerson College, Boston, memberi penjelasan, ”Situs internet umumnya menyajikan informasi dan para penjelajahnya hanya menerima apa adanya. Sekarang ini para penjelajah ingin berpartisipasi sebagai pengisi situs. Facebook memenuhi hasrat itu.”

Mengapa Facebook mengejar My Space, situs jaringan sosial terbesar pertama di dunia sebelum April 2008? Keadaan bahkan sudah berubah, Facebook tidak lagi nomor dua sebagaimana ditulis di situs Techcrunch.

Situs Mashable (The Social Media Guide) menyatakan, desain Facebook lebih enak dilihat dan dijelajahi serta menawarkan hal-hal yang lebih riil. Sebagai contoh, Facebook menawarkan orang lain yang kira-kira Anda kenal untuk di-add (ditambahkan) jadi teman. My Space juga menyodori Anda beberapa teman, tetapi termasuk menyodori orang-orang dari negeri antah berantah menjadi teman.

Apa pun latar belakang kemajuan Facebook, nama Zuckerberg sudah melejit ke seluruh dunia seperti meteor. Banyak pengguna Facebook yang merupakan orang-orang elite dunia. Facebook juga menjadi sarana komunikasi para karyawan Toyota, Ernst & Young, dan perusahaan kaliber dunia lainnya.

Siapa Zuckerberg? Dia adalah pemuda berusia 25 tahun dan masih singel, perancang teknologi informasi sekaligus pemuda berjiwa wiraswasta. Saat belajar di Harvard University pada tahun 2004, dia menciptakan Facebook bersama kawannya, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes.

Hughes kemudian direkrut Obama saat masih menjadi calon presiden untuk membuat situs barackobama.com.

Di Facebook, Zuckerberg bertanggung jawab untuk urusan garis kebijakan umum dan penyusunan strategi perusahaan yang kini menjadi rebutan para pemasang iklan dan para investor.

Zuckerberg telah mendapat julukan sebagai ”salah satu orang yang paling berpengaruh pada tahun 2008” versi majalah Time. Pada Forum Ekonomi Davos 2009, Zuckerberg termasuk dalam daftar pemimpin muda karena prestasi dan komitmen terhadap masyarakat serta berpotensi menyumbangkan ide untuk membentuk tatanan dunia baru.

Pemuda itu tampil dalam sesi ”Pengalaman Digital Mendatang” pada Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Peserta lain yang hadir antara lain Chad Hurley (YouTube), Craig Mundie (Microsoft), Shananu Narayen (Adobe), Hamid Akhvan (T-Mobile), dan Eric Clemmons (Wharton).

Salah satu poin menarik yang diberikan Zuckerberg adalah bahwa lebih dari 100 juta orang secara aktif menggunakan aplikasi bergerak pada Facebook. iPhone Facebook saja telah memiliki 5 juta pengguna aktif bulanan dan Blackberry untuk Facebook memiliki 3,25 juta pengguna aktif bulanan.

Kiprah Zuckerberg lewat Facebook melesat seperti roket. Pada Februari 2004 ketika Zuckerberg meluncurkan program itu, para siswa di AS langsung membuka akun di Facebook dan dari mulut ke mulut menyebar hingga merambah ke sekolah dan universitas lain.

Zuckerberg dan timnya pun kemudian pindah ke Palo Alto, California, dan mulai merangkul investor, seperti pendiri PayPal, Peter Thiel, dan pendiri Napster, Sean Parker.

Pada Agustus 2005 Zuckerberg secara resmi menamakan perusahaannya Facebook. Setelah berhasil mengumpulkan modal 12,7 juta dollar AS, dia mengembangkan perusahaan ke level berikutnya. Situs itu secara bertahap dan konsisten terus memperluas jaringan.

Saat ini ada lebih dari 175 juta pengguna aktif dengan berbagai fasilitas yang ada di situs itu. Facebook kini menjadi situs keempat yang paling sering dikunjungi di dunia.

”Pencuri”

Tentu saja sukses Zuckerberg dibarengi dengan kontroversi. Beberapa teman sekolahnya menuduh dia mencuri ide ConnectU untuk Facebook. Namun, gugatan soal itu ditepis pengadilan. Dia menyebabkan kehebohan karena dianggap ”menjual” data-data pribadi pemilik akun, tanpa menghargai privasi.

Pada tahun 2006 Zuckerberg mencengangkan dunia karena menampik tawaran Yahoo untuk membeli Facebook seharga 1 miliar dollar AS (atau sekitar Rp 12 triliun). Setahun kemudian, Microsoft membeli 1,6 persen saham Facebook seharga 240 juta dollar AS. Kini nilai ekonomi Facebook ditaksir sebesar 15 miliar dollar AS.

Zuckerberg yang lahir dari keluarga dokter yang kaya memiliki 20 persen saham di Facebook senilai 3 miliar dollar AS. Majalah Forbes mendeklarasikan Zuckerberg sebagai miliuner ”self made” termuda di planet ini.

Namun, jangan tanyakan perihal kehidupan pribadinya, tidak banyak yang diketahui. Maklum, ketika di SMA pun dia sudah berkutat dengan urusan komputer. Ketika itu dia ingin membantu jaringan yang dimiliki ayahnya untuk dipertemukan lewat dunia maya.

Kebiasaan ini terus melekat dan dia lupa belajar. Karena urusan komputer dan teknologi informasi inilah dia drop-out dari Harvard.

Entah iseng atau tidak, Facebook kini kebanjiran uang. ”Mengherankan juga, begitu banyak tawaran datang,” kata Zuckerberg kepada Techcrunch pada 7 Desember 2008.

Tidak banyak kalimat lain dari Zuckerberg selain ambisinya terus membuat Facebook senyaman mungkin untuk jadi alat penyatu warga dunia. ”Bukankah kami memiliki situs, yang membuat Anda merasa lebih enak menggunakannya?” ujar Zuckerber.

Hmmm.... Zuckerberg, iya deh!